Ketika IPK-ku Biasa Saja
“By… IPK saya jelek…” adu saya pada suami saat menjemput di kampus.
“Berapa, Adek?” lalu suami menyebutkan angka untuk menebak.
“Hehehe, iya segitu… Kok Mas tau?”
“Iya, Adek…”
“Jelek ya, By… Kalo koas biasanya nilainya 3,7 baru disebut bagus…”
“Oh, Adek… Nilai Adek sudah bagus… Bagus itu segitu, Adek…”
Saya tersenyum mendengar suami menenangkan saya dengan kalimat sederhana itu. Ya, bagi kami, IPK tak lagi penting. Suami tak pernah mematok berapa IPK yang harus saya dapatkan. Hal itu tentu membuat saya malah merasa bersyukur dan malu jika IPK saya terjun bebas.
Sebenarnya, saya cukup study-oriented. (more…)
Recent Comments